Beranda | Artikel
MENANGIS SAAT MEMBACA ALQURAN
Senin, 10 Februari 2014

Oleh : Ustadz Fariq Gasim Anuz

Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah (wafat 130 H), ketika sedang shalat malam, beliau menangis dengan keras sampai beliau pingsan. Ketika beliau sadar, keluarganya bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Beliau tidak menjawab dan tetap menangis.

Kemudian keluarganya mengirim utusan kepada Abu Hazim rahimahullah (wafat 135 H) untuk menanyakannya. Abu Hazim datang dan mendapati beliau sedang menangis. Abu Hazim bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku, apa yang menyebabkanmu menangis? Sungguh engkau telah membuat keluargamu khawatir?” Muhamamd bin Al-Munkadir menjawab,“Aku membaca sebuah ayat dari al-Qur’an.” Abu Hazim bertanya lagi, “Ayat apakah itu?” Muhammad bin Al-Munkadir menjawab,“Firman Allah Azza wa Jalla (yang artinya),

“Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan nampaklah bagi mereka adzab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.” (QS az-Zumar: 47)

Abu Hazim menangis juga dan tangisan mereka berdua semakin keras. Keluarga Ibnu Al-Munkadir berkata kepada Abu Hazim, “Kami membawamu agar menghentikan tangisannya, tetapi engkau justru malah menambahnya menangis.” Abu Hazim menceritakan kepada mereka apa yang menyebabkan beliau berdua menangis.” (Sumber: Mukhtashar “Hilyatul Auliya” juz 2 halaman 367)

Kisah di atas merupakan petikan khutbah Jumat yang disampaikan oleh Syaikh Syakir Al Hudzaifi di sebuah masjid di Jeddah. Semoga Allah melembutkan hati kami yang keras dan gersang agar dapat menangis saat membaca Al Quran dan mengamalkannya.

Setelah selesai melaksanakan shalat Jumat, saya kembali ke kantor Jeddah Da’wah Center di kota Jeddah. Saya membaca tulisan ahli ilmu tentang biografi Muhammad bin Munkadir dan renungan beserta tafsir ayat di atas. Berikut ini intisarinya:

Muhammad bin Al Munkadir terus ingat dan takut akan ayat ini sampai akhir hayatnya. Saat menjelang sakaratul maut, Muhammad bin Munkadir merasa takut. Ketika ditanya apa yang menjadi penyebab takutnya. Beliau menjawab satu ayat dalam Al Quran dan menyebutkan ayat ke 47 di surat Az Zumar.

Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata, “Muhammad bin Munkadir adalah tokoh ahli qira’at. Hampir setiap orang yang menanyakannya sebuah hadits, beliau menangis.” Imam Sufyan Ibnu Uyainah berkata, “Beliau bibit kejujuran, orang-orang yang saleh selalu berkumpul dengannya”. Imam Dzahabi berkata, “Ulama sepakat bahwa beliau orang yang tsiqah dan menonjol dalam ilmu dan amal.”

Menyekutukan Allah merupakan kezaliman yang sangat besar. Ketika seseorang menganggap ada kekuatan lain yang lebih kuat dari Allah, maka ia akan tunduk dan menjadi budaknya. Ia jatuh ke dalam kesyirikan karena ia taat dan menganggap kekuatan lain itulah yang dapat memberinya manfaat dan menghindarkannya dari segala kerugian.

Ketika Anda menzalimi pihak lain, pada hakikatnya Anda telah menzalimi diri sendiri. Orang zalim bukanlah orang yang cerdas karena dia lupa bahwa orang yang dizalimi memiliki Allah yang akan membalas, cepat atau lambat, di dunia sebelum di akhirat!

Manusia siap menebus dan membayar ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah agar ia dapat sembuh dari penyakit ginjal, jantung, kangker dan lainnya. Di akhirat manusia ingin menebus dengan dua kali lipat dari semua kekayaan yang ada di dunia agar ia terhindar dari siksa neraka! Ini menunjukkan siksa yang sangat pedih di mana manusia tidak tahan menerimanya. Semoga Allah melindungi kita dari siksa neraka.

Dr. Muhammad Ratib An Nabulsi mengatakan, “Seorang meyakini suatu ideologi atau keyakinan yang ia bela dan perjuangkan selama lima puluh tahun misalnya, kemudian suatu saat ia menyadari bahwa itu ideologi batil, ia terguncang jiwanya”. Orang-orang yang zalim akan terguncang di hari kiamat! Ya Allah, jadikan kami sebagai orang-orang yang takut kepada-Mu.

Imam Mujahid (wafat 101 H) berkata tentang tafsir surat Az Zumar 47, “Mereka melakukan amalan yang mereka anggap baik, ternyata amal buruk”.

Al Khathib Al Baghdadi meriwayatkan dari Fudhail bin Iyadh bahwa beliau menyebutkan tafsir ayat ini, “Mereka membawa amal-amal yang mereka sangka sebagai amal saleh tapi ternyata amal-amal keburukan”. Ketika ucapan Fudhail ini disampaikan kepada Yahya bin Ma’in, maka beliau menangis. Semoga Allah melembutkan hati kami yang keras dan kaku, semoga Allah menjadikan kami sebagai orang-orang yang tersentuh dengan ayat-ayat Al Quran, menangis ketika membacanya dan semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk dapat mengamalkan dan mendakwahkannya, amin.

Mungkin ketika kita membaca tulisan ini, terpikir oleh kita orang-orang lain yang kita anggap sesat tapi mereka meyakini bahwa mereka berada dalam kebenaran, bagaimana keadaan mereka di hari kiamat? Pasti mereka terguncang dan kaget ketika mendapatkan bahwa amal-amal yang mereka lakukan di dunia ditolak oleh Allah bahkan dikatagorikan sebagai amal-amal buruk! Setelah itu didatangkan azab untuk mereka, dan mereka tidak menyangka sama sekali akan mendapatkan azab yang pedih. Sekiranya mereka memiliki harta seisi dunia dua kali lipat mereka akan tebus dengan semuanya agar mereka bisa terhindar dari azab Allah! Tidakkah kita merenung sebentar, bagaimana jika kita yang mengalami hal tersebut? Apakah tidak mungkin? Sangat mungkin sekali! Kenapa tidak? Tidakkah kita ingat firman Allah Ta’ala (yang artinya),

“Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu kami beritahukan kepada kalian tentang orang yang paling rugi perbuatannya?” (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.”(QS Al Kahfi: 103-104)

“Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”(QS Faathir: 8)

Sulaiman At Taimi takut akan ayat ini. Dikatakan kepadanya, “Anda takut? Anda takut? Anda kan tidak sama dengan orang-orang lain?” Beliau menjawab, “Tidak! Janganlah kalian berkata demikian! Saya tidak tahu apa yang nampak bagi saya dari Allah? Tidakkah kalian mendengar firman Allah (yang artinya), “Dan nampaklah bagi mereka adzab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.”

Sulaiman At Taimi adalah Imam di masjid jami’ di Bashrah. Beliau banyak menghabiskan waktu malamnya untuk shalat malam, membaca Al Quran, beristighfar, berdzikir dan berdoa.

Dr Muhammad Ied Kuraim berkata, “Rahmat-Mu ya Allah, rahmat-Mu ya Allah, turunkanlah untuk kami. Kami yang selalu bermaksiat kepadamu siang dan malam, kemudian kami mengatakan Allah akan mengampuni kami. Jika kami mendengar ayat Al Quran tentang azab kami tidak menangis, tidak merinding dan tidak ada rasa takut!”

Imam Assuddi (127 H) berkata tentang tafsir surat Az Zumar ayat 47, “Mereka melakukan amal buruk dan berharap bertaubat kemudian kematian datang terlebih dahulu sebelum bertaubat. Atau mereka menganggap Allah akan mengampuninya meskipun tidak bertaubat dengan amal saleh yang akan menghapus dosanya atau dengan syafaat, ternyata Allah tidak ampuni dosa mereka”.

Imam Sufyan Ats Tsauri (wafat 161 H) mengatakan, “Kecelakaan dan kebinasaan untuk orang-orang yang riya, ayat ini untuk mereka!”

Syaikh Muhammad Amin Syinqithi rahimahullah menyebutkan ayat-ayat yang semakna dengan ayat di surat Az Zumar 47,

“Di tempat itu (Padang Mahsyar), setiap jiwa merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya, dan lenyaplah dari mereka (pelindung palsu) yang mereka ada-adakan.” (QS Yunus: 30)

“Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.” (QS Al Qiyamah: 13)

“Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, (maka) setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikan(nya).” (QS Al Infithar: 4-5)

Dinukil dari buku “MENGASAH HATI” halaman 31-45

Penerbit: Ajib Publishing

 

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1080-menangis-saat-membaca-alquran.html